Pemrov Sumbar Optimis Komuditas Padi Capai Target Produksi

Gubernur Sumatera Barat Irwan Prayitno mendampingi Panglima TNI Jenderal Moeldoko melakukan panen raya padi organik di Persawahan Kasang Kabupaten Padang Pariaman beberapa waktu lalu.

Dinas Tanaman Pangan Hortikultura dan Perkebunan Sumatera Barat mencatat produksi padi mencapai 2,8 juta ton hingga awal Desember 2018. Luas lahan sawah di Sumatera Barat mencapai 225 ribu haktare.”Hampir mendekati target produksi pada Sumatera Barat pada tahun 2018 ini sebesar 3 juta ton,” ujar Kepala Dinas Tanaman Pangan Hortikultura dan Perkebunan Sumatera Barat, Candra saat ditemui media ini.

Ia optimisitis target produksi padi di Sumbar tercapai, beberapa daerah panen. Malah dia memperkirakan produksi akan melebihi target tersebut. Karenakan sektor pertanian masih memberikan peranan yang cukup penting (22,27%) dalam struktur ekonomi wilayah Sumatera. Penentuan komoditas unggulan menjadi penting untuk mendorong pertumbuhan ekonomi wilayah.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui komoditas sektor pertanian apa saja yang unggul di wilayahSumatera, dan pada setiap provinsi di wilayah Sumatera komoditas sektor pertanian yang unggul untuk dikembangkan. Hasil penelitian ini menunjukkan komoditas unggulan sektor pertanian diwilayah Sumatera pada subsektor tanaman pangan adalah padi (1,2069), Kedelai(1,6451), Kacang Tanah (2,6188), Kacang Hijau (1,3934), dan Ubi Jalar (3,0327) dengan wilayah potensial meliputi Aceh, Sumatera Barat, Riau, Jambi, Bengkulu, Kepulauan Bangka Belitung, dan Kepulauan Riau.

Hortikultura yang unggul terdiri dari Alpukat (1,5469), Duku/Langsat (1,3784), Durian(1,6383), Jambu Biji (1,2007),Mangga (1,9773), Manggis (1,5914), Pepaya (1,1379), Rambutan (2,1190) dan Sawo(1,5509). Hampir seluruh wilayah di Sumatera unggul untuk pengembangan hortikultura, kecuali Provinsi Sumatera Selatan dan Lampung. Perkebunan yang unggul meliputi Karet (1,3440), Kelapa (4,5017), Kopi (1,7280), dan Tembakau(1,7506) dengan wilayah unggulan meliputi Aceh, Sumatera Barat, Sumatera Selatan,Lampung dan Kepulauan Riau.

Hutan yang unggul adalah hutan lindung (1,0966), danhutan suaka alam dan peletarian alam (1,2638) dengan wilayah unggulan SumateraUtara, Sumatera Barat, Riau dan Bengkulu. Subsektor peternakan yang unggul meliputiAyam Pedaging (1,0681), Sapi(1,0313), dan Kambing (1,0205) dengan wilayahunggulan Aceh dan Sumatera Utara. Subsektor Perikanan dengan komoditas unggulanmeliputi perikanan laut (1,0592), budidaya laut (1,2843), kolam (1,0015) dan sawah(1,2841) dengan wilayah unggulan terdiri dari Sumatera Selatan, Bengkulu, Lampungdan Kepulauan Riau.Kata Kunci : Basis, Non Basis, Pertania

Walaupun bencana yang melanda beberapa daerah di Sumatera Barat tidak mempengaruhi produksi padi. Meskipun, 57 hektar sawah mengalami puso,”atanya”57 haktare itu yang dilanda puso itu i bukan seluruhnya juga karena bencana, tapi juga beberapa di antaranya diserang hama, seperti tikus dan wereng,” ujarnya.

Angota DPR RI Hermanto, SE.MM bersama Wali Kota Padang H. Mahyeldi Ansharullah, SP melakukan panen raya padi.
Angota DPR RI Hermanto, SE.MM bersama Wali Kota Padang H. Mahyeldi Ansharullah, SP melakukan panen raya padi.

Dinas Tanaman Pangan Hortikultura dan Perkebunan juga mencatat ada 3.500 lahan pertanian yang mengalami gangguan produksi, akibat adanya pengaruh cuaca. Hanya saja, 3.500 lahan itu masih bisa dipanen. – Sektor pertanian, terutama padi sawah masih menjadi penopang perekonomian utama masyarakat Sumatera Barat (Sumbar). Setidaknya, lahan pertanian sawah aktif di ranah Minangkabau terdata seluas 250 ribu hektare.

Kepala Dinas Tanaman Pangan Hortikultura dan Perkebunan Sumbar Candra mengatakan, untuk meningkatkan produksi panen, pihaknya tengah menggencarkan program tanam jajar legowo. Program tanam jajar legowo itu merupakan rekayasa teknik tanam dengan mengatur jarak tanam antar rumpun dan antar barisan. Sehingga, terjadi pemadatan rumpun padi dalam barisan dan memperlebar jarak antar barisan.

Namun, sampai hari ini, baru sekitar 30 persen lahan sawah masyarakat yang menerapkan pola tanam jajar legowo. “Masih banyak petani di Sumbar yang belum bisa mengikuti tanam padi dengan sistem jajar legowo. Mereka berfikir, pola tanam tersebut justru mengurangi produksi padi. Kita selalu berupaya meyakinkan. Tapi, pola pikir petani susah untuk dirubah,” kata Candra di Padang.

Panen raya padi perdana cetak sawah di Jorong Muaro Putuih Nagari Tiku V Jorong Kec. Tj Mutiara Kabupaten Agam.
Panen raya padi perdana cetak sawah di Jorong Muaro Putuih Nagari Tiku V Jorong Kec. Tj Mutiara Kabupaten Agam.

Candra mengatakan, salah satu jenis legowo yang baik diterapkan adalah pola tanam 4:1. Pada tipe jajar legowo ini, setiap empat baris tanaman diselingi satu lorong atau barisan kosong dengan dua baris tanaman pinggir dan dua baris tanaman tengah.

“Dengan jarak tanam 20 centimeter (antar barisan dan jarak antar tanaman pada barisan tengah) dengan 10 centimeter (antar tanaman pinggir) dan 40 centimeter (jarak barisan kosong). Adanya pengaturan jarak antar benih dapat memberikan ruang penyinaran yang maksimal dan pemberian pupuk lebih mudah dilakukan,” ujarnya.

Selain meningkatkan produksi padi, sistem jajar legowo juga dapat mengurangi penyakit dan tingkat serangan hama. Seperti serangan hama tikus, hal itu karena posisi tengah padi dalam keadaan kosong sehingga akan mengurangi dampaknya.Kedepan terang Candra, pihaknya akan meminta Balai Penyuluh Pertanian di seluruh Kecamatan aktif melakukan penyuluhan pada petani. Sehingga berkenan menerapkan pola jajar legowo.“Tidak mungkin kita menyarankan hal akan merugikan petani,” bebernya. (***)

Pos terkait