Nasrul Abit : Pembangunan Pariwisata Sumbar Potensi Kesejahteraan Masyarakat

Wagub Sumbar Nasrul Abit menyerahkan penghargaan Peduli Wisata Award 2018

BUKITTINGGI, TOP SUMBAR — Wakil Gubernur Sumatera Barat Nasrul Abit mengatakan, pembangunan kepariwisataan merupakan potensi yang menyatukan banyak sektor pembangunan kehidupan yang memiliki multiyear efek dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Oleh karena itu potensi Sumatera Barat dan keragaman potensi masing-masing kabupaten/kota menjadi inspirasi bersama membangun Sumatera Barat yang lebih baik dimasa datang.

“Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) Sumatera Barat, kunjungan wisatawan asing pada Juli 2018 mencapai 5.099 orang atau naik 12,09 persen dibanding Juni 2018 yang tercatat sebanyak 4.549 orang. Ini patut kita syukuri,” ujarnya pada Jamuan makan malam dan seminar nasional pariwisata “Peluang dan Tantangan Untuk Pariwisata Berkelanjutan di Indonesia” di Bukittinggi, Sabtu malam (27/10).

Seminar ini juga dikaitkan kegiatan menjelang 100 tahun Institit Teknologi Bandung (ITB) Indonesia (1920 -2020). Hadir dalam kesempatan itu Deputi Pengembangan Industri dan Kelembagaan Kementrian Pariwisata RI,  Rizky Handayani,  Wakil Rektor ITB Dr. Miming Miharja, Ketua PPIB ITB Ridwan Jamaludin, Ceo SSP Holding Dewi Kam,  Bupati/Walikota se-Sumatera Barat, Tokoh Budaya Sumatera Barat Dr. Moctar Naim serta beberapa oran para alumni ITB.

Nasrul Abit mengatakan, berdasarkan keterangan PT. Angkasa Pura II, pengguna jasa angkutan udara di Bandara Internasional Minangkabau (BIM) sepanjang tahun lalu mengalami peningkatan hingga 11,2% atau mencapai 3,95 juta orang. Terjadi peningkatan jumlah penumpang hingga 11,2% sepanjang tahun lalu dari 3,55 juta orang pada 2016 menjadi 3,95 juta orang tahun lalu.

“Manajemen PT. Angkasapura II, tahun ini memperkirakan kenaikan penumpang yang menggunakan jasa bandara tersebut bisa mencapai 4,35 juta orang atau mengalami peningkatan sebesar 10,12 persen,” ungkapnya.

Untuk itu, dilanjutkan Nasrul abit, perluasan dilakukan dengan dua tahap, yakni pertama memperluas bangunan terminal eksisting tahap I dari 20.568 meter persegi (m2) menjadi 33.600 m2, sehingga mampu menampung penumpang hingga 3,7 juta orang. Baru berikutnya tahap II adalah perluasan tahap ultimate, yang didesain modern dan terpadu, sampai mencapai kapasitas penumpang 5,7 juta orang.

“Namun kita sayangkan, saat ini yang baru menikmati kunjungan wisata Sumbar baru Padang dan Bukittinggi. Perlu kiranya daerah kabupaten/kota lain mencari peluang potensi wisata agar juga dapat memanfaatkan kunjungan wisata ini berdampak juga bagi pertumbuhan ekonomi masyarakat di daerah masing-masing. Mungkin fasilitas pendukung menjadi perhatian besar, apakah itu penginapan hotel-hotel dan event kegiatan pariwisata daerah masing-masing dihidupkan lebih banyak lagi,” tegasnya.

Dikatakannya, Sumatera Barat saat ini memanga masih ada 3 kabupaten tertinggal,  Pasaman Barat, Solok Selatan dan Mentawai. Menurut data yang ada saat ini Pasaman Barat dan Solok Selatan bakal keluar dari daerah tertinggal pada tahun 2019. Mentawai memang masih banyak membangun yang mesti dilakukan, infrastruk jalan, pelabuhan antar pulau, transportasi lokal baik laut dan darat yang relatif masih mahal. Listrik dan jaringan telekomunikasi dimana masih banyak daerah dipedalaman belum dialiri listrik serta masih banksport.

Deputi Bidang Pengembangan Industri dan Kelembagaan Kemenpar Ir. Rizki Handayani Mustafa, MBTM menegaskan, digital destination dan nomadic tourismmerupakan strategi untuk merebut wisatawan mancanegara (wisman). Pada tahun ini, Kemenpar menargetkan 17 juta wisman dan akan meningkat menjadi 20 juta wisman pada 2019.

Sementara itu, Ricky Handayani menjelaskan, destinasi digital adalah destinasi yang heboh di dunia maya, viral di media sosial dan nge-hits di Instagram. “Generasi milenial atau lebih populer kids zaman now sering menyebut diferensiasi produk destinasi baru ini dengan istilah Instagramable. Saya ingin tahun 2018 ini ada 100 destinasi digital di 34 provinsi di Tanah Air,” ujarnya.

Rizky Hadayani menambahkan, digital destination menjadi tuntutan di era booming teknologi, yakni generasi milenial merupakan konsumen yang paling haus akan pengalaman dibanding generasi-generasi sebelumnya. Hasil survei di seluruh dunia (Everbrite-Harris Poll, 2014) membuktikan bahwa milenial lebih memilih menghabiskan uang mereka untuk pengalaman ketimbang membeli barang-barang. Menurutnya, nomadic tourism sebagai solusi dalam mengatasi keterbasan unsur 3A (atraksi, amenitas dan aksesibilitas) khususnya untuk sarana amenitas atau akomodasi yang sifatnya bisa dipindah-pindah dan bentuknya bermacam-macam seperti glamp camp, home pod dan caravan.

“Sedangkan, sebagai aksesibilitasnya adalah sea plane dengan mudah membawa wisatawan dari pulau ke pulau, apalagi seperti di Indonesia di mana jumlah pulau mencapai 17 ribu lebih. Nomadic Tourism memiliki nilai ekonomi yang tinggi karena mengurusinya juga relatif mudah, sehingga idealnya para pelaku industri pariwisata mau mengembangkan bisnis ini, terutama untuk aksesibilitas dan amenitasnya karena konsep ini cepat memberikan keuntungan komersial,” ujarnya.

Pada kesempatan tersebut juga ada penyerahan penghargaan Peduli Wisata Award 2018 bagi daerah yang peduli dalam pembangun pariwisata di Sumbar terbagi dalam beberapa kategori. Pemenang Kategori The Best Performance,  Juara 1 Kota Padang,  Juara 2 Kota Bukittinggi, juara 3 Kabupaten Tanah Datar. Pemenang kategori The Best Achieverment,  juara 1 Kabupaten Limapuluh Kota,  juara 2  Padang Pariaman,  juara 3 Kabupaten Agam. Pemenang The Most Improved, juara 1 Kota Pariaman,  juara 2 Kota Solok,  juara 3 Kabupaten Solsel. (Syafri)

Pos terkait