Kisah Albert Asal Sumbar Saat Gempa di Lombok

Albert Rahman Putra, Pendiri Komunitas Gubuak Kopi.
Albert Rahman Putra, Pendiri Komunitas Gubuak Kopi.

Albert Galang Dana Melalui Media Sosial untuk Korban Gempa

LOMBOK, TOP SUMBAR — Gempa berkekuatan 7,0 SR yang terjadi di Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB) pada Minggu (5/8/2018) malam menyisakan sejumlah kisah. BNPB juga menjelaskan korban meninggal dunia kebanyakan karena tertimpa bangunan yang roboh. Namun ada pula yang meninggal setelah terjatuh dan mengalami stroke saat berlari menyelamatkan diri ketika gempa terjadi.

Meski kedahsyatan gempa utama 7,0 SR yang mengoyang Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB) telah berakhir, sejumlah gempa susulan sempat kembali terjadi dan membuat warga Lombok panik. Hingga hari ini Senin (6/8/2018) BMKG menyatakan lebih dari 147 kali gempa bumi susulan terjadi hingga Senin pukul 11.00 WIB di Lombok, NTB. Saat ini, masih banyak warga yang masih takut kembali ke rumahnya, karena khawatir gempa yang lebih dahsyat terulang lagi dan bertahan di tenda pengungsian.

Bacaan Lainnya
Ratusan warga Lombok Utara mengungsi ke daerah perbukitan menghindari potensi tsunami akibat gempa 7,0 SR di Lombok, NTB.
Ratusan warga Lombok Utara mengungsi ke daerah perbukitan menghindari potensi tsunami akibat gempa 7,0 SR di Lombok, NTB.

Dari tenda pengungsian korban gempa di Lombok, seorang pemuda asal Kota Solok Provinsi Sumbar, Albert Rahman Putra (ig: albertrahmanp red) menceritakan kisah mengharukan di akun media sosial miliknya. Pemuda pendiri Komunitas Gubuak Kopi dan juga seorang pegiat budaya ini juga sempat meminta bantuan untuk ratusan warga Lombok Utara.

Dalam akun instagramnya ditulis “Sejak semalam, sejak ada peringatan tsunami dari BMKG, dalam gelap kami berlari menembus sawah, ladang, dan semak, menuju perbukitan Karang Subagan di belakang Polsek Pemenang Lombok Utara, bersama kurang lebih 800 warga.

Warga Lombok Utara mengungsi ke daerah perbukitan akibat gempa 7,0 SR di Lombok, NTB. Pengungsi menunggu bantuan logistik dan perlengkapan bayi.
Warga Lombok Utara mengungsi ke daerah perbukitan akibat gempa 7,0 SR di Lombok, NTB. Pengungsi menunggu bantuan logistik dan perlengkapan bayi.

Sampai peringatan tsunami dicabut pun gempa keras (di atas 5 SR) masih terasa. Mau turun rumah-rumah sudah runtuh dan sumbing. Tanpa tenda, warga diperbukitan menonton laut dan lampu salah satu Gili yang masih menyala. Sisanya menonton bintang yang cerah dan bulan sabit muncul pelan di Timur yang kami kira dengan takut itu merah Rinjani. Gempa rata-rata setiap 5-10 menit masih mengusir ngantuk.

Sampai lewat jam 12 tidak ada tanda-tanda bantuan. Beberapa kawan pemuda mengambil apa saja yang bisa dibawa ke pengungsian dari toko-toko warga. Beberapa pedagang memang merelakan dagangannya, sampai siang tadi, baru satu helikopter lewat di langit Pemenang Lombok Utara, dan tidak mampir ke sini, mungkin mendahulukan yang di Timur.
Siang warga mulai kelaparan, tidak ada bantuan datang. Medis pun tidak. Sore, datang logistik dari Mataram tapi sangat sedikit, tidak semua mendapat. Sangat kami maklum sebenarnya, puluhan desa bernasib yang sama. Tim dari pemerintah pun terbatas.

Ratusan rumah roboh total akibat gempa yang mengguncang Lombok.
Ratusan rumah roboh total akibat gempa yang mengguncang Lombok.

Sore tadi saya dan Siba (temannya red) setelah jalan longsor sudah dibuka terus menuju Mataram yang masih punya listrik. Mencoba menemukan bantuan menggalang dana dari berbagai daerah, dalam dan luar negri. Juga dibantu teman-teman jejaring melalui media sosial.

Sekarang kami di Mataram masih mengontrak dan mengumpulkan bantuan bersama kawan-kawan Yayasan Pasirputih. Semoga besok dan beberapa hari ke depan bisa menyalurkan untuk semua yang terjangkau. Kawan-kawan yang ingin menyalurkan dana silahkan melalui rekening Yayasan Pasirputih An. Pasir Putih 1610003061442 (Mandiri) ataupun ke posko bantuan lainnya di Mataram untuk diteruskan ke daerah-daerah lain. Karena di Lombok Utara dan Timur komunikasi sangatlah sulit, bahkan dari pengungsian ke pusat bantuan di Mataram pun sulit. Salam…

Pemukiman masyarakat roboh total akibat gempa yang mengguncang Lombok.
Pemukiman masyarakat roboh total akibat gempa yang mengguncang Lombok.

Sebelumnya, Albert sedang menjalankan riset dan residensi di daerah ini untuk Sumatra Barat, Albert menganggap topografi alam Lombok Utara tidak jauh berbeda dengan Sumatera Barat “Perbukitan, dataran tinggi dan rendah, banyak pohon kelapa, dan sawah. Barangkali saya mendeteksi ini karena persepsi awal saya yang sudah memulainya dengan melihat kesamaan. Tapi pada dasarnya, kedatangan saya kesini tentunya untuk mempelajari banyak hal yang saya harap juga dapat memperkaya bagasi saya dalam membingkai dan mengkritisi persoalan kebudayaan di Sumatera Barat. Tapi sebenarnya keadaan alamnya tidak begitu sama, mungkin tidak se-lembab Sumatera Barat,” tulisnya di gubuakkopi.id.

“Riset dan residensi tak lain juga membawa kepentingan untuk kampung saya, Sumatera Barat. Ada beberapa kesamaan antara dua wilayah ini, yang tentunya juga tidak persis, seperti daerah yang digadang-gadang oleh pemerintahnya sebagai tujuan daerah wisata dunia, wisata halal, serta latar belakang budayanya yang juga dikenal sangat agamis,” ulasnya. (***)

Penulis : Hanny Tanjung

Pos terkait